PERCOBAAN
KE-5
ARGENTOMETRI
diajukan untuk
memenuhi salah satu tugas
praktikum kimia
analitik 1
Nama : Ai Ika Rosidah
NIM : 1211704005
Kelas : Kimia A/III
JURUSAN
KIMIA
FAKULTAS
SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2012
Argentometri
I.
Tujuan
a.
Menentukan
ion halida dalam larutan dengan metode argentometri
b.
Menentukan kadar NaCl
dengan titrasi pengendapan/ argentometri.
II.
Dasar teori
Argentometri merupakan
titrasi pengendapan sample yang dianalisis dengan menggunakan ion perak.
Biasanya, ion-ion yang ditentukan dalam titrasi ini adalah ion halida (Cl-,
Br-, I-). (Khopkar,1990)
Hasil kali konsentrasi
ion-ion yang terkandung suatu larutan jenuh dari garam yang sukar larut pada
suhu tertentu adalah konstan. Misalnya suatu garam yang sukar larut AmBn dalam
larutan akan terdisosiasi menjadi m kation dan n anion.
AmBn → Ma++ Nb-
Untuk larutan yang mengandung Ag, jika ditambahkan NaCI maka mula-mula
terbentuk suspensi yang kemudian terkoagulasi (membeku). Laju terjadinya
koagulasi menyatakan mendekamya titik ekivalen. Penambahan NaCI ditersukan
sampai titik akhir tercapai. Perubahan ini dilihat dengan
tidak terbentuknya endapan AgCI pada cairan supernatan. Akan tetapi
sedikit NaCI harus ditambahkan untuk menyempurnakan titik akhir. Penentuan Ag
sebagai AgCI dapat dilakukan dengan pengukuran turbidimetri yaitu dengan
pembauran sinar (Underwood, 1986).
Jika AgNO3 ditambahkan ke NaCI yang mengandung zat
berpendar fluor, titik akhir ditentukan dengan berubahnya warna dari
kuning menjadi merah jingga. Jika didiamkan, tampak endapan berwarna,
sedangkan larutan tidak berwarna disebabkan adanya adsorpsi indikator pada
endapan AgCI. Warna zat yang terbentuk dapat berubah akibat adsorpsi pada
penukaan (Khopkar, 1990).
Semua indikator adsorpsi bersifat ionik. Selain indikator
adsorpsi tersebut terdapat pula indikator-indikator adsorpsi yang
digunakan dalam titrasi pengendapan, yaitu turunan krisodin. Indikator
tersebut merupakan indikator asam basa dan indikator reduksi oksidasi dan memberikan
perubahan warna yang reversibel dengan brom. Indikator ini
berwarna merah pada suasana asam clan kuning pada suasana basa. Indikator
ini juga digunakan untuk titrasi ion I” dengan ion Ag+.Kongo
merah adalah indikator asam basa lainnya (Khopkar, 1990).
Ada beberapa metode dalam titrasi argentometri yang dibedakan berdasarkan
indikator yang digunakan pada penentuan titik akhir titrasi, antara lain:
a.
Metode Mohr
Metode Mohr biasanya
digunakan untuk menitrasi ion halida seperti NaCl, dengan AgNO3sebagai
titran dan K2CrO4perubahan warna suspensi dari kuning
menjadi kuning coklat. Perubahan warna tersebut terjadi karena timbulnya Ag2CrO4,
saat hamper mencapai titik ekivalen, semua ion Cl- hamper
berikatan menjadi AgCl. Larutan standar yang digunakan dalam metode ini, yaitu
AgNO3, memiliki normalitas 0,1 N atau 0,05 N. (Alexeyev,V,1969).
Indikator menyebabkan
terjadinya reaksi pada titik akhir dengan titran, sehingga terbentuk endapan
yang berwarna merah-bata, yang menunjukkan titik akhir karena warnanya berbeda
dari warna endapan analat dengan Ag+.
Pada analisa Cl- mula-mula
terjadi reaksi:
Ag+(aq) +
Cl-(aq) ↔ AgCl(s)↓
Sedang pada titik
akhir, titran juga bereaksi menurut reaksi:
2Ag+(aq) +
CrO4(aq) ↔ Ag2CrO4(s)↓
Pengaturan pH sangat
perlu, agar tidak terlalu rendah ataupun tinggi. Bila terlalu tinggi, dapat
terbentuk endapan AgOH yang selanjutnya terurai menjadi Ag2O
sehingga titran terlalu banyak terpakai.
2Ag+(aq) +
2OH-(aq) ↔ 2AgOH(s)↓ ↔ Ag2O(s)↓
+ H2O(l)
Bila pH terlalu rendah,
ion CrO4- sebagian akan berubah menjadi Cr2O72- karena
reaksi
2H+(aq) +
2CrO42-(aq) ↔ Cr2O72- +H2O(l)
Yang mengurangi
konsentrasi indikator dan menyebabkan tidak timbul endapannya atau sangat
terlambat. Selama titrasi Mohr, larutan harus diaduk dengan baik. Bila tidak,
maka secara lokal akan terjadi kelebihan titrant yang menyebabkan indikator
mengendap sebelum titik ekivalen tercapai, dan dioklusi oleh endapan AgCl yang
terbentuk kemudian; akibatnya ialah, bahwa titik akhir menjadi tidak tajam.
b.
Metode Volhard
Metode Volhard
menggunakan NH4SCN atau KSCN sebagai titrant, dan larutan Fe3+ sebagai
indikator. Sampai dengan titik ekivalen harus terjadi reaksi antara titrant dan
Ag, membentuk endapan putih.
Ag+(aq) +
SCN-(aq) ↔ AgSCN(s)↓ (putih)
Sedikit kelebihan
titrant kemudian bereaksi dengan indikator, membentuk ion kompleks yang sangat
kuat warnanya (merah)
SCN-(aq) +
Fe3+(aq) ↔ FeSCN2+(aq)
Yang larut dan mewarnai
larutan yang semula tidak berwarna.
Karena titrantnya SCN- dan
reaksinya berlangsung dengan Ag+, maka dengan cara Volhard, titrasi
langsung hanya dapat digunakan untuk penentuan Ag+ dan SCN- sedang
untuk anion-anion lain harus ditempuh cara titrasi kembali: pada larutan X- ditambahkan
Ag+ berlebih yang diketahui pasti jumlah seluruhnya, lalu
dititrasi untuk menentukan kelebihan Ag+. Maka titrant selain
bereaksi dengan Ag+ tersebut, mungkin bereaksi pula dengan
endapan AgX:
Ag+(aq) (berlebih)
+ X- (aq) ↔ AgX(s) ↓
Ag+(aq) (kelebihan)
+ SCN- (aq) (titrant) ↔ AgSCN(s) ↓
SCN-(aq) +
AgX (s) ↔ X-(aq) + AgSCN(aq) ↓
Bila hal ini terjadi,
tentu saja terdapat kelebihan titrant yang bereaksi dan juga titik akhirnya
melemah (warna berkurang).
Konsentrasi indikator
dalam titrasi Volhard juga tidak boleh sembarang, karena titrant bereaksi
dengan titrat maupun dengan indikator, sehingga kedua reaksi itu saling
mempengaruhi.
Penerapan terpenting
cara Volhard ialah untuk penentuan secara tidak langsung ion-ion halogenida:
perak nitrat standar berlebih yang diketahui jumlahnya ditambahkan sebagai
contoh, dan kelebihannya ditentukan dengan titrasi kembali dengan tiosianat
baku. Keadaan larutan yang harus asam sebagai syarat titrasi Volhard merupakan
keuntungan dibandingkan dengan cara-cara lain penentuan ion halogenida karena
ion-ion karbonat, oksalat, dan arsenat tidak mengganggu sebab garamnya larut
dalam keadaan asam.
c.
Metode Fajans
Dalam titrasi Fajans
digunakan indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi ialah zat yang dapat diserap
pada permukaan endapan (diadsorpsi) dan menyebabkan timbulnya warna. Penyerapan
ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekivalen, antara lain dengan memilih
macam indikator yang dipakai dan pH.
Cara kerja indikator
adsorpsi ialah sebagai berikut: indikator ini ialah asam lemah atau basa lemah
organik yang dapat membentuk endapan dengan ion perak. Misalnya fluoresein yang
digunakan dalam titrasi ion klorida. Dalam larutan, fluoresein akan mengion
(untuk mudahnya ditulis HFl saja).
HFl(aq) ↔
H+(aq) +Fl-(aq)
Ion Fl- inilah
yang diserap oleh endapan AgX dan menyebabkan endapan berwarna merah muda. Karena
penyerapan terjadi pada permukaan, dalam titrasi ini diusahakan agar permukaan
endapan itu seluas mungkin supaya perubahan warna yang tampak sejelas mungkin,
maka endapan harus berukuran koloid. Penyerapan terjadi apabila endapan yang
koloid itu bermuatan positif, dengan perkataan lain setelah sedikit kelebihan
titrant (ion Ag+).
Pada tahap-tahap
pertama dalam titrasi, endapan terdapat dalam lingkungan dimana masih ada
kelebihan ion X- dibanding dengan Ag+; maka endapan
menyerap ion-ion X- sehingga butiran-butiran koloid menjadi
bermuatan negatif. Karena muatan Fl- juga negatif, maka Fl- tidak
dapat ditarik atau diserap oleh butiran-butiran koloid tersebut. Makin lanjut
titrasi dilakukan, makin kurang kelebihan ion X-; menjelang titik
ekivalen, ion X- yang terserap endapan akan lepas kembali
karena bereaksi dengan titrant yang ditambah saat itu, sehingga muatan koloid
makin berkurang negatif. Pada titik ekivalen tidak ada kelebihan X- maupun
Ag+; jadi koloid menjadi netral. Setetes titrant kemudian menyebabkan
kelebihan Ag+. Ion-ion Ag+ ini diserap oleh koloid
yang menjadi positif dan selanjutnya dapat menarik ion Fl- dan
menyebabkan warna endapan berubah mendadak menjadi merah muda. Pada waktu
bersamaan sering juga terjadi penggumpalan koloid, maka larutan yang tadinya
berwarna keruh juga menjadi jernih atau lebih jernih.
Titrasi menggunakan
indikator adsorpsi biasanya cepat, akurat dan terpercaya. Sebaliknya
penerapannya agak terbatas karena memerlukan endapan berbentuk koloid yang juga
harus dengan cepat. (Harjadi,W,1990).
III.
Cara Kerja
a. Metode Mohr
o Standarisasi
Ditimbang
Dilarutkan menjadi 100 mL
Dipipet
10 mL
+3 tetes indikator kromat
Dititrasi
dengan larutan AgNO3
Dihitung
konsentrasi AgNO3
o
Penentuan Kadar NaCl
Dilarutkan menjadi 100
mL
Dipipet 10 mL
+3 tetes indikator kromat
Dititrasi dengan Ag NO3
Dihitung kadar NaCl
b. Metode Volhard
o
Standarisasi
+20 mL larutan AgNO3
+2 mL larutan
nitrobenzene
Dikocok
+ indikator Fe(III)
Dititrasi larutan KSCN
Dihitung konsentrasi
AgNO3 dan NaCl
o
Penentuan Kadar sampel
+20 mL larutan AgNO3
+2 mL nitrobenzene
Dikocok
+ Indikator Fe (III)
Dititrasi larutan KSCN
Dihitung kadar NaCl
IV.
Hasil Pengamatan
Metode Mohr
a. Standarisasi
Titrasi
|
V awal
|
V akhir
|
V
|
|
0 mL
|
10,25 mL
|
10,25 mL
|
Perubahan
|
Larutan kuning bening
|
Larutan+endapan merah jingga
|
|
b. Penentuan Kadar NaCl
Titrasi
|
V awal
|
V akhir
|
V
|
|
10,35 mL
|
20,95 mL
|
10,60 mL
|
Perubahan
|
Larutan kuning bening
|
Larutan+endapan merah jingga
|
|
Reaksi- Reaksi:
NaCl(aq) +
AgNO3(aq) à AgCl(s) putih + NaNO3
2Ag+(aq)
+ CrO42-(aq) à Ag2CrO4(s)
merah-jingga
2AgNO3(aq) +
K2CrO4(aq) à Ag2CrO4(s)
merah-jingga + 2KNO3
Pengamatan Ciri Fisik Zat :
1. Natrium Klorida (NaCl)
Berat Molekul = 58,5
gram/mol
Warna serbuk = Putih
Warna larutan = tidak
berwarna
2. Perak Nitra (AgNO3)
Berat Molekul = 169,87
gram/mol
Warna Serbuk = putih
Warna larutan = tidak
berwarna, berwarna hitam jika terkena cahaya
3. KSCN
Berat Molekul = 97 gram/mol
Warna serbuk = putih
Warna larutan = tidak
berwarna
4. Indikator Kromat (CrO4-)
Berat Molekul = 194,2
gram/mol
Warna serbuk = kuning
Warna larutan = kuning
5. Indikator Fe (III)
Warna larutan tidak
berwarna
6. Nitrobenzena (C6H5-NO2)
Berat Molekul = 123 gram/mol
Warna larutan kuning
7. Sampel garam dapur
Warna serbuk = putih
Warna larutan = tidak
berwarna
V.
Perhitungan
a. Pembuatan Larutan
o Larutan AgNO3 0,1 N 200 mL
M = x
m = = = = 3,40 gram.
o Larutan NaCl (Pa) 0,1 N 100 mL
M = x
m = = = = 0,58 gram.
o
Larutan garam dapur
(NaCl) 0,1 N 100 mL
M = x
m = = = = 0,58 gram.
o
Larutan KSCN 0,1 N 50
mL
M = x
m = = = = 0,485 gram
o
Indikator Fe (III) dari
FeCl 5 % 10 mL
Massa = x 10 mL = 0,5 gram
o
Indikator Kromat 5 % 50
mL
o
Massa = x 50 mL = 2,5 gram
b. Perhitungan Metode Mohr
o
Konsentrasi NaCl
[NaCl] = x = x = 0,099 M 0,1 M
o
Konsentrasi AgNO3
Mol NaCl = mol AgNO3
VNaCl x
[NaCl] = VAgNO3 x [AgNO3]
[AgNO3] = = = = 0,0966 M 0,1 M.
o
Konsentrasi NaCl sampel
Mol AgNO3 =
mol NaCl sampel
VAgNO3 x
[AgNO3] = Vpipet x [NaCl]sampel
[NaCl]sampel = =
= = 0,1024 M
o
Kadar NaCl
NaCl = x 100 %
= x 100 %
= x 100 %
= x 100 %
= 10 %
VI.
Diskusi dan Pembahasan
Didalam praktikum kali ini dilakukan penentuan kadar NaCl dengan
menggunakan metode argentoetri. Argentometri merupakan bentuk titrasi
pengendapan yaitu penetapan kadar zat yang didasarkan atas reaksi pembentukkan
endapan dai komponen zat uji/ analit dengan titran larutan titer perak nitra (AgNO3).
Pada argentometri, ion perak memegang peranan penting dalam pembentukkan
endapan. Cara ini digunakan umtuk mendapatkan kadar ion halida yaitu anion yang
dapat membentuk endapan AgCl.
Ada beberapa metode yang digunakan dalam titrasi argentometri ini dan
dibedakan berdasarkan indikator yang digunakannya pada penentuan titik akhir
titrasi, yaitu metode mohr yang biasanya menggunakan indikator ion kromat (CrO4-),
kemudian metode volhard yang biasanya menggunakan indikator Fe (III) dan metode
fajans yang biasanya menggunakan indikator absorbsi. Namun pada praktikum kali
ini, metode titrasi pengendapna yang digunakan hanya 2 metode saja, yaitu
metode mohr dan metode volhard.
Pada metode mohr, mula-mula dilakukan standarisasi terhadap titrannya
yaitu AgNo3 yang dititrasi oleh larutan baku standar NaCl (pa) yang
telah diketahui volume dan konsentrasinya.\dilakukannya standarisasi pada
titran yaitu untuk memastikan ketepatan volume dan konsentrasi titran itu
sendiri. Sebelum dilakukan standarisasi, pada larutan baku standar NaCl (pa)
ditambahkan terlebih dahulu indikator, yaitu indikator ion kromat (CrO4-).
Fungsi dari indikator ini sendiri adalah supaya terjadinya reaksi pada titik
akhir titrasi yang membentuk endapan berwarna merah-jingga yang menunjukkan
tercpaainya titik akhir titrasi dan titrasi harus dihentikan, karena supaya
tidak terjadi kelebihan titran. Voume AgNO3 yang terpakai pada saat
standarisasi adalah 10,25 mL dengan konsentrasinya adalah 0,0966 M. Selain itu,
konsentrasi NaCl itu sendiri adalah 0,099 M. Dengan seperti ini, maka
konsentrasi titrannya sudah tepat.
Kemudian setelah melakukan standarisasi terhadap titran, selanjutnya
dilakukan penentuan terhadap kadar Nacl sampel yaitu garam dapur. NaCl sampel
ini dititrasi oleh AgNO3. Sama sperti yang dilakukan pada saat
standarisasi, analitya terlebih dahulu ditambahkan indikator yaitu indikator
ion kromat, yang kemudian dilakukan titrasi samapi tercapainya titik akhir
titrasi dengan ditandai adanya perubahan pada warna titrat. Perubahan warna yang
terjadi adalah warna merah-jingga dan terbentuknya endapan. Namun pada saat
awal titrasi baru dilakukan atau pada saat sebelum mencapai titik ekuivalen endpaan
yang terbentuk adalah endapan berwarna putih yang disebabkan oeh terjadinya
reaksi antara Ag+ dengan ion halida yaitu Cl-. Berikut
mekanisme reaksinya:
Ag+(aq)
+ Cl-(aq) à AgCl(s) putih
Kemudian setelah mencapai titik ekuivalen, Cl- habis beraksi
dengan Ag+, sehingga setelah itu, Ag+ yang masih tersisa bereaksi
dengan indikator ion kromat, sehingga terbentuk endapan berwarna merah-jingga
juga larutan berwarna merah-jingga. Berikut
mekanisme reaksinya:
2Ag+(aq)
+ CrO42-(aq) à Ag2CrO4(s)
merah-jingga
2AgNO3(aq) +
K2CrO4(aq) à Ag2CrO4(s)
merah-jingga + 2KNO3
Dan diperoleh volume titran (AgNO3) yaitu 10,60 mL dan
ditentukan konsentrasi dari NaCl sampel yaitu 0,1024 M. Dan diperoleh kadar dari NaCl dalam larutan
adalah 10 %.
Selanjutnya, untuk percobaan yang menggunakan metode volhard, didalam
praktikum kali ini percobaannya gagal, yaitutidak terbentuknya satu gumpalan
bulat dalam larutan. Hal ini dapat terjadi karena disebabkan oleh pengocokkan
larutan yang kurang baik, yaitu tidak konstan saat mengocok larutannya, juga
bisa karena terkena sinar matahari. Karena pada larutan tersebut terkandung ion
Ag yang sangat rentan dengan cahaya yang akan menyebebkan Ag tersebut terurai
dan akan membentuk suatu endapan. Sehingga, pada praktikum ini, semua hal yang
berhubungan dengan Ag ditutup menggunakan plastik hitam yang dapat menghalangi
cahaya masuk dan mengenai Ag.
VII.
Kesimpulan
Jadi, berdasarkan praktikum dan pengamatan yang telah dilakukan dalma
praktikum mengenai argentometri ini, maka dapat disimpulkan bahwa ion halida
yang ditentukan dalam percobaan ini adalah ion Cl- yaitu dari NaCl
yang bereaksi dengan Ag+ membentuk endapan berwarna putih. Dan kadar
NaCl yang diperoleh dalam percobaan ini adalah sebanyak 10%.
VIII. Daftar Pustaka
Cotton dan Wilkinson.
1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI Press.
Vogel. 1990. Buku Teks Analisis anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikron Jilid 1. Jakarta: PT Kalman Media Pustaka.
Vogel. 1990. Buku Teks Analisis anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikron Jilid 2. Jakarta: PT Kalman Media Pustaka.
Wulandari, Meyliana. 2012. Titrasi Pengendapan.ppt. Bandung: UIN
Sunan Gunung Djati.
Wulandari, Meyliana. 2012. Petunjuk Praktikum Kimia Analitik.
Bandung: UIN Sunan Gunung Djati.